Jodohku- Pena Myra
Ketika
Takdir Tuhan Menjodohkan Kita
Catatan ku
Nama
aku Myra Alatasyah , sejak di usia ku
yang ke 18 aku selalu bermimpikan untuk segera menikah . Karena aku tidak ingin
mengumbar cinta di hadapan khalayak , hingga akan menimbulkan segala macam
fitah untuk diri ku dan juga keluarga .
Entah mengapa dan bagaimana alasannya aku bisa iri melihat kakak ku
sendiri , yang begitu romantis dan bahagia dengan status barunya sebagai
pasangan suami istri . Dia bisa dengan bebas bermesraan dan bercanda
gurau dengan penuh kasih sayang,begitu sering pula aku melihat di akun social
nya , mereka saling berkomentar mesra
dan juga rindu yang sering mereka pamerkan .
“ Menikah.. menikah .. “ begitu lah pikiran aku
Di
kala waktu senggang ku isi kan semua dengan lamunan kapan aku menikah , dengan
seribu tanda tanya yang mengelilingi di kepala ku . Apalagi aku juga punya
sahabat di kampus yang sama-sama mengistiqomahkan hati dan berharap segera
menikah . Pikiran pun semakin kacau , membahas pernikahan yang ku nanti , namun
tak pernah aku ketahui apakah aku sudah siap menjadi seorang istri dan ibu yang
baik ? dan siapa yang akan menjadi suami ku ? sampai saat ini pun aku merasa
dalam kebimbingan .
Ada laki-laki yang
sudah siap, dan menginginkan aku jadi makmum nya, namun sayang..
Hati
aku masih ragu atas cinta yang ia miliki , memang dia merupakan tipe laki-laki
yang dulu aku idamankan yaitu cerdas, dewasa , bijaksana dan juga mapan tanpa
ku berharap wajah yang rupawan . Namun
Tuhan sangat cepat mendatangkannya , bahkan aku mengenalnya sejak SMA
kelas 1 . Akan tetapi hingga sekarang ini dia tak pernah ku izinkan datang
kerumah, dan dia pun tak pernah memaksa untuk menemui kedua orangtua ku.
Yaa.. Dia
merupakan mantan pacar aku …
Memang
aku telah menyesal pernah berpacaran, bahkan aku melakukannya dengan backstreet . Dan paling parah , untuk
pertama dan terakhir kalinya aku bergandeng tangan dengannya saat menonton di
Bioskop. Heran, entah kenapa saat itu aku malah menikmatinya bahkan aku merasa
kehilangan ketika genggaman nya lepas
dari tangan ku. Kenapa ini juga menjadi
yang terakhir ? Yaaa .. hal itu terjadi
karena seminggu setelah itu , kami putus
. Bahkan sempat hilang kontak, namun aku
berusaha menghubungi dan menagih janji nya .
Janji ..
Dulu
dia pernah berjanji untuk tetap menjaga silaturahmi , walau kelak status kami
tak lagi sebagai pacar . Dan aku pun tidak ingin kehilangan sosoknya , meski
sebagai teman aku tetap bisa merasakan bahagia dan bersyukur. Mungkin hal ini terjadi karena kesalahpahaman
aku tentang cerita yang ia sampaikan pada malam itu, hingga aku memilih untuk
mengakhirinya. Sekarang aku berhasil membuatnya menepati janji, karena hingga
saat ini kami masih berhubungan baik. Bahkan aku merasa nyaman dengan status
baru ini, dan kedekatan kami pun kian dekat dan saling pegang kepercayaan.
Akan
tetapi, hati ku tidak ingin kembali padanya , dan itu menjadi mustahil. Kecuali
Allah SWT yang mengizinkan kami untuk bersatu di pelaminan kelak. Aku pun tak
akan mampu menolaknya, bahkan untuk menghindar pun ku rasa sangat sulit.
Maka dari itu aku
mengikhlaskannya..
Mengikhlaskan
hati untuk siapa saja yang mampu menjadi kan aku sebaik-baiknya wanita, dan
menjadi kan aku makmun dalam melengkapi barisan jamaah pada sebuah rumah tangga
. Entah dia yang berada di masa depan ku atau di belakang ku , aku tak peduli
jika memang dia lah di takdir kan oleh Allah SWT untuk menjadi imam bagi kehidupan ku . Aku percaya , Allah SWT
tidak akan pernah salah dalam menjodohkan untuk hamba Nya yang bertawakal di
setiap usahanya dalam do’a .
Di
dalam lamunan aku , yang aku lakukan di dalam
ruang kelas dimana saat-saat aku harus menunggu dosen di pagi hari . Aku
menemukan lamunan yang mampu menyadarkan aku, setelah beberapa orang bercerita
tentang indahnya menikah . Aku telah menyadari , bahwa aku belum cukup siap
untuk menikah muda, bila yang ku turuti karena nafsu mungkin itu bisa terjadi .
Namun kini pemikiran aku berubah ,
menikah bukan hanya membutuhkan cinta . Dalam sebuah pernikahan banyak
pertanggung jawaban yang akan menuntut kita .
“ Maka dari itu aku
memutuskan untuk berhenti memikirkan sebuah pernikahan dalam waktu dekat.
Mengingat aku masih berada di semester 2 ,dan masih banyak harapan aku yang
lain untuk membuat orangtua bangga terhadap
prestasi yang akan aku ukir sebagai sejarah keluarga besar . Selain itu,
aku juga masih punya banyak waktu untuk mempersiapkan diri untuk menikah dengan
menjadi wanita sholehah. Mendekati sang pencipta dan mencintai-Nya tanpa menjadi sebuah beban di hati .”
Akhirnya..
Aku
fokus untuk kuliah, dan memulai membangun kesukseskan hingga semuanya
berakhir indah . Mempersiapkan diri
untuk menjadi pribadi yang baik dan unggul, menggali segala potensi yang ada
kemudian mengembangkannya . Tak lupa pula untuk mempersiapkan diri untuk
menjadi wanita idaman, bisa menjadi istri dan ibu yang baik saat kelak nanti .
SALAM
ISTIQOMAH ^_^